BANDUNG – Chairul Tanjung (CT) berpesan kepada seluruh pimpinan Universitas Airlangga jangan menjadi Iron Man, melainkan menjadi The Avengers. Pesan itu ditekankan CT saat memberikan paparan dalam Rapat Pimpinan dan Focus Group Discusion (FGD) di Ballroom The Trans Luxury Hotel Bandung pada Selasa (28/6/2022).
Menurut CT, saat ini bukan lagi jamannya menjadi superhero atau memiliki keunggulan yang berdiri sendiri. Namun, saat ini adalah eranya untuk berkolaborasi.
“Seperti halnya di film Marvel. (UNAIR, Red) jangan hanya menjadi Iron Man, Spider Man. Tapi, jadilah The Avengers. Antar-superhero yang bersatu. Karena musuhnya semakin kuat, yaitu seperti halnya Thanos, ” sebutnya.
Di depan seluruh pimpinan fakultas, direktorat, badan, lembaga, dan pusat UNAIR itu, CT mendorong antar-elemen untuk saling berkolaborasi dalam menarget visi yang telah dicanangkan. Menurutnya, kolaborasi adalah sebuah keharusan sebagai tantangan pada era saat ini.
“Universitas harus mampu menjadi bagian pengembangan ekosistem. Seperti halnya bagaimana google, facebook, microsoft yang dilatarbelakangi universitas, ” katanya.
CT menyebut bukan eranya, misalnya, Fakultas Kedokteran UNAIR sangat unggul. Kemudian fakultas lainnya juga unggul, lalu saling bersaing. Keterbukaan dan kolaborasi itu sangat dibutuhkan dengan mengombinasikan antar-keunggulan tersebut.
Misalnya, imbuh CT, mendorong pewujudan enterpreneur university ke depan memerlukan setidaknya kolaborasi antara enam elemen atau skenario hexahelic. Yakni, kolaborasi antara unsur universitas, industri, inovator, venture capital, pemerintah, dan media.
“Kolaborasi ini adalah sebuah keniscayaan, yang mesti dilakukan ke depan, ” tekannya.
Baca juga:
Kiai Ihsan Jampes dan Kisah Ilmu Ladunni
|
Choirul Tanjung (CT) saat memberikan paparan dalam Rapat Pimpinan dan Focus Group Discusion (FGD) di Ballroom The Trans Luxury Hotel Bandung pada Selasa (28/6/2022). (Foto: Agus Irwanto) Leadership.
Selain itu, CT menekankan perlu adanya responsivitas yang berhubungan dengan leadership atau kepemimpinan. Pola kepemimpinan dulu dan sekarang sangatlah berbeda.“Dulu orientasinya hasil, harus mengikuti proses yang berlaku, seniority matters, dan autocratic, ” ujarnya.Namun, sebut CT, pola kepemimpinan saat ini lebih menekankan proses pembelajaran. Lalu, fokus pada inovasi dan think outside the box. Kemudian, komunikasi dan transparansi dengan semua anggota tim.“Termasuk mendorong kreativitas to allow for disruption. Dan, terakhir adalah kolaboratif, ” ucapnya.
Pendidikan
Selain itu, CT menekankan pentingnya melakukan respons jaman melalui revitalisasi kurikulum pendidikan. Salah satu kuncinya adalah lebih terbuka pada perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat.
“Fokus menggembangkan skills yang dibutuhkan dunia kerja atau industri. Bukan sekadar penguasaan teori, ” ujarnya.
Menurut CT, ada tiga case study yang mesti mendapatkan perhatian. Pertama, berkaitan dengan komposisi teori dan pengaplikasian keilmuan. Kedua, fokus pada skill yang dibutuhkan dunia kerja dan masyarakat. Serta ketiga, kurikulum pendidikan dikembangkan bersama dengan pakar industri.
Pada akhir, CT menekankan bahwa ada lima key takeway dalam pengembangan kampus ke depan. Pertama, mendorong universitas berbasis inovasi, enterpreneurship, dan kreativitas. Kedua, pengembangan skill of the future dan humaniversity. Ketiga, komitmen seluruh civitas akademika. Keempat, SDM unggul dan berdaya saing tinggi. Kelima, menang dalam kompetisi.
Penulis: Feri Fenoria